Keistimewaan dan Sejarah Danau Depati Empat Merangin Jambi

Danau Depati Empat Merangin dengan luas 271 hektar dengan ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut (Mdpl), ini bukan sekadar hamparan air jernih dikelilingi perbukitan, melainkan juga saksi bisu sejarah masyarakat adat Jangkat, Kabupaten Merangin, Jambi. Bagi yang pernah menginjakkan kaki di sini, rasanya seperti menemukan dunia yang terlewat dari peta wisata Indonesia.
Mengapa Danau Depati Empat Merangin Begitu Istimewa?

Pertama, lokasinya yang terpencil. Tidak ada jalan beraspal atau kendaraan bermotor yang bisa membawa Anda sampai ke tepian danau. Untuk mencapainya, butuh perjuangan: trekking sejauh 9 kilometer dari Desa Pulau Tengah, melewati hutan pinus, jalur berbatu, dan kadang-kadang tanah becek jika hujan turun. Tapi justru di sinilah letak daya tariknya—danau ini hanya untuk mereka yang benar-benar ingin merasakan alam dalam bentuknya yang paling murni.
Kedua, legenda empat depati yang melekat pada namanya. Konon, danau ini dulunya dikuasai oleh empat pemimpin adat: Depati Payung, Depati Gento Rajo, Depati Siang Dito, dan Depati Muncak. Masyarakat setempat masih percaya bahwa roh para depati menjaga danau ini, menjadikannya bukan hanya destinasi wisata, melainkan juga situs budaya yang sakral.
Ketiga, pesona alamnya yang nyaris tanpa gangguan modern. Tidak ada hotel mewah, warung makan, atau bahkan sinyal ponsel yang kuat. Yang ada hanyalah gemericik air, kicauan burung, dan angin sepoi-sepoi yang mengelus permukaan danau. Jika Anda mencari tempat untuk benar-benar “lepas”, inilah salah satu yang terbaik di Sumatera.
Sejarah Empat Depati Pemilik Danau Depati Empat

Nama Danau Depati Empat tidak muncul begitu saja. Ia lahir dari kisah empat pemimpin adat yang menjadi penjaga dan penguasa wilayah ini pada masa lalu. Keempat depati ini bukan sekadar tokoh biasa, melainkan sosok yang dihormati, ditakuti, dan diyakini memiliki kearifan luar biasa dalam memimpin masyarakatnya. Mari kita telusuri satu per satu siapa mereka dan bagaimana pengaruhnya terhadap danau yang kini menjadi warisan berharga Kabupaten Merangin.
1. Depati Payung dari Margo Serampas
Depati Payung adalah pemimpin dari Margo Serampas, salah satu kelompok masyarakat adat tertua di wilayah Jangkat. Namanya kerap dikaitkan dengan simbol “payung” yang dalam budaya Melayu kuno melambangkan perlindungan. Konon, dialah yang pertama kali menetapkan aturan adat tentang pemanfaatan danau, termasuk larangan menangkap ikan dengan cara yang merusak seperti menggunakan racun atau strum listrik.
Masyarakat Serampas percaya bahwa Depati Payung memiliki hubungan spiritual dengan danau. Dalam beberapa cerita turun-temurun, disebutkan bahwa ia sering melakukan semedi di tepian danau untuk berkomunikasi dengan roh penjaga alam. Hingga kini, warga setempat masih melakukan ritual tolak bala di batu besar yang diyakini sebagai tempat duduknya dahulu.
2. Depati Gento Rajo dari Desa Pulau Tengah
Jika Depati Payung adalah sang pelindung, Depati Gento Rajo adalah sang penjaga keseimbangan. Ia berasal dari Desa Pulau Tengah, desa yang menjadi gerbang utama menuju danau saat ini. Namanya “Gento Rajo” (Genta Raja) menggambarkan sosoknya yang bijaksana dan berwibawa seperti bunyi genta yang menggetarkan.
Dalam kepemimpinannya, Depati Gento Rajo menetapkan sistem bagi hasil ikan yang adil bagi seluruh marga. Ia juga yang memperkenalkan teknik membuat rakit bambu dan biduk yang masih digunakan nelayan tradisional hingga sekarang. Uniknya, ia mewariskan pantangan adat: “Jangan pernah mengambil ikan lebih dari yang kau butuh hari ini.” Falsafah ini masih dipegang teguh oleh nelayan tua di Pulau Tengah.
3. Depati Siang Dito dari Desa Rantau Suli
Berbeda dengan dua depati sebelumnya, Depati Siang Dito dikenal sebagai panglima perang. Asalnya dari Desa Rantau Suli, wilayah yang dulu sering menjadi sasaran konflik dengan kelompok dari luar. Namanya “Siang Dito” konon berarti “yang terang di tengah gelap”, menggambarkan perannya sebagai pemimpin yang tegas dalam menjaga wilayah.
Dialah yang membangun sistem pertahanan di sekitar danau dengan menanam bambu duri dan membuat perangkap alami untuk menghadang musuh. Jejaknya masih bisa dilihat dari beberapa benteng alam di bukit sekitar danau. Namun di balik ketegasannya, Depati Siang Dito juga pencinta alam. Cerita lokal menyebutkan bahwa dialah yang pertama kali menanam pohon-pohon pinus yang kini menghijau di sekeliling danau.
4. Depati Muncak dari Desa Muara Madras
Yang terakhir adalah Depati Muncak, sang penjelajah dari Desa Muara Madras. Namanya diambil dari kata “muncak” (kijang), karena kemampuannya menjelajahi hutan secepat kijang. Ia adalah ahli navigasi yang menemukan jalur-jalur rahasia menuju danau melalui rute yang kini menjadi trekking favorit para petualang.
Depati Muncak mewariskan pengetahuan tentang tumbuhan obat di sekitar danau. Konon, ia bisa menyembuhkan luka hanya dengan ramuan dedaunan yang tumbuh di tepian danau. Hingga kini, masyarakat Muara Madras masih menggunakan beberapa resepnya untuk pengobatan tradisional.
Keempat depati ini tidak hanya meninggalkan nama untuk danau, tetapi juga sistem nilai yang menjaga kelestariannya. Mereka membagi wilayah pengelolaan:
- Depati Payung menguasai sisi timur untuk ritual adat
- Depati Gento Rajo mengelola sisi barat untuk perikanan
- Depati Siang Dito menjaga sisi utara sebagai benteng alam
- Depati Muncak menguasai sisi selatan untuk tanaman obat
Yang menarik, meski masing-masing memiliki wilayah, mereka sering berkumpul di sebuah pulau kecil di tengah danau (kini sudah tenggelam) untuk bermusyawarah. Tradisi ini yang melahirkan filosofi “Danau Empat Depati”: alam harus dikelola dengan kebijaksanaan, keberanian, kearifan, dan pengetahuan.
Kisah Misteri dan Mitos Lokal yang Menyelimuti Danau Depati Empat Merangin

Di balik keindahan alamnya yang memesona, Danau Depati Empat menyimpan sejumlah kisah misteri yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat sekitar. Cerita-cerita ini bukan sekadar dongeng pengantar tidur, melainkan bagian dari keyakinan yang masih dipegang teguh hingga kini. Bagi warga setempat, danau ini bukan hanya hamparan air, tetapi juga dunia lain yang dihuni oleh kekuatan-kekuatan gaib.
1. Penunggu Danau Berwujud Naga Besar
Salah satu mitos paling kuat adalah keberadaan penunggu danau berwujud naga besar. Masyarakat meyakini bahwa makhluk ini berdiam di bagian terdalam danau, tepat di bawah pusaran air yang kadang terlihat ketika cuaca tertentu. Beberapa nelayan tua mengaku pernah melihat sosok panjang berwarna hitam kebiruan meliuk-liuk di bawah permukaan air.
Konon, naga ini adalah penjaga kesucian danau. Ia akan murka jika ada yang berbuat semena-mena, seperti membuang sampah sembarangan atau mengambil ikan secara berlebihan. Beberapa cerita menyebutkan tentang nelayan yang hilang secara misterius setelah melanggar pantangan adat, dan mayatnya baru ditemukan beberapa hari kemudian di tepian dengan luka mirip cakaran di sekujur tubuh.
2. Pulau Tenggelam yang Muncul di Waktu Tertentu
Ada kepercayaan bahwa di tengah danau pernah ada sebuah pulau kecil tempat empat depati bermusyawarah. Pulau ini dikatakan telah tenggelam akibat kutukan, tetapi akan muncul kembali pada malam-malam tertentu, terutama ketika bulan purnama. Beberapa pengunjung yang berkemah mengaku pernah melihat bayangan pulau samar-samar, lengkap dengan pohon besar di tengahnya.
Yang lebih menyeramkan, konon siapa pun yang mencoba mendekati pulau tersebut akan merasakan angin kencang tiba-tiba dan kabut tebal yang menyelimuti, membuat mereka kehilangan arah. Masyarakat percaya bahwa ini adalah peringatan dari para depati agar manusia tidak mengganggu tempat bersemayamnya roh leluhur.
3. Bunga Ajaib yang Mekar di Tengah Malam
Di beberapa sudut tepian danau, terutama di dekat batu-batu besar, tumbuh sejenis bunga langka yang hanya mekar pada malam hari. Bunga ini disebut “kembang sari depati” dan dipercaya memiliki kekuatan magis. Konon, bunga ini adalah jelmaan dari air mata para depati yang merindukan masa kejayaan mereka.
Ada pantangan keras untuk memetik bunga ini. Beberapa orang yang mencoba membawanya pulang dikabarkan mengalami nasib sial, seperti sakit misterius atau kehilangan barang berharga. Justru jika dibiarkan, bunga ini diyakini membawa keberuntungan bagi nelayan yang melihatnya, karena menandakan bahwa para depati sedang berbaik hati.
4. Suara Genderang Perang di Kala Senja
Pada senja hari, terutama ketika kabut mulai turun, kadang terdengar suara seperti genderang perang dan teriakan dari dalam hutan di sekitar danau. Masyarakat meyakini ini adalah suara pasukan Depati Siang Dito yang masih berlatih untuk menjaga wilayah. Beberapa pengunjung yang nekat bermalam sendirian mengaku pernah mendengar suara langkah kaki berbaris dan gemerincing senjata.
Yang unik, suara-suara ini tidak menakutkan bagi warga setempat. Justru, mereka menganggapnya sebagai pertanda bahwa para leluhur masih aktif melindungi danau dari ancaman. Beberapa pemuda bahkan sengaja datang pada malam hari untuk “berkomunikasi” dengan para depati melalui ritual khusus.
5. Perahu Hantu yang Mengantar Arwah
Di pagi buta ketika kabut masih tebal, kadang terlihat bayangan perahu kecil melintas di tengah danau tanpa nahkoda. Perahu ini bergerak sendiri melawan arus, kadang menghilang tiba-tiba. Mitos setempat mengatakan bahwa ini adalah “perahu arwah” yang mengantar roh orang-orang yang telah meninggal untuk berpamitan terakhir kali dengan danau sebelum menuju alam baka.
Beberapa orang mengaku pernah melihat sosok-sosok samar di dalam perahu tersebut. Yang menarik, perahu ini selalu muncul menghadap ke arah Bukit Pandan, tempat yang diyakini sebagai pintu menuju alam roh dalam kepercayaan lokal.
Pantangan-pantangan yang Masih Dipercaya
Kepercayaan akan hal-hal mistis ini melahirkan sejumlah pantangan yang masih diikuti:
- Dilarang bersiul atau berteriak keras di tepi danau, karena dianggap memanggil makhluk halus.
- Tidak boleh menunjuk langsung ke tengah danau dengan jari, melainkan harus menggunakan ibu jari yang diselipkan di antara jari lain.
- Wanita yang sedang haid dilarang masuk ke air, dipercaya akan mengundang malapetaka.
- Tidak boleh mengambil ikan pada hari-hari tertentu menurut kalender adat, karena dianggap waktu istirahat bagi penunggu danau.
Rute Perjalanan Menuju Danau Depati Empat
Danau Depati Empat berada di wilayah Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, yang termasuk dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Akses menuju danau ini memang membutuhkan perjuangan, namun justru memberikan nuansa petualangan yang sesungguhnya bagi para pengunjung.
Perjalanan dimulai dari Kota Bangko sebagai ibukota Kabupaten Merangin yang menjadi titik awal. Dari sini, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Pulau Tengah yang berfungsi sebagai pintu gerbang utama menuju danau. Untuk menempuh rute dari Bangko ke Desa Pulau Tengah, disarankan menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan dengan tipe 4×4 mengingat kondisi jalan yang berbatu. Jarak tempuh sekitar 60 kilometer ini biasanya memakan waktu 2-3 jam tergantung kondisi jalan.
Setibanya di Desa Pulau Tengah, petualangan sesungguhnya baru dimulai dengan trekking sejauh 9 kilometer. Perjalanan kaki selama 3-4 jam ini akan melewati berbagai medan mulai dari hutan pinus yang rindang, jalur berbatu, hingga area berlumpur khususnya setelah turun hujan. Bagi mereka yang menginginkan variasi rute, terdapat alternatif jalur melalui Dusun Danau Pauh menuju Desa Rantau Kermas dengan jarak tempuh 12 kilometer. Meski lebih panjang, rute ini menawarkan pemandangan yang lebih beragam termasuk hutan lebat dan aliran sungai kecil.
Beberapa tips penting perlu diperhatikan untuk perjalanan yang aman dan nyaman. Penggunaan jasa pemandu lokal sangat disarankan karena jalur trekking tidak selalu jelas, terutama saat kabut tebal menyelimuti kawasan. Persiapan logistik yang memadai mutlak diperlukan mengingat tidak tersedianya warung makan sepanjang jalur pendakian. Pemilihan alas kaki khusus trekking juga menjadi keharusan mengingat medan yang berbatu dan licin saat hujan.
Google Maps Danau Depati Empat
Apa yang Bisa Dilakukan di Danau Depati Empat?
Setibanya di tepian Danau Depati Empat, segala penat dan lelah seolah menguap begitu saja. Keindahan alamnya yang memukau langsung menyapa: air danau yang jernih berwarna kebiruan tampak memantulkan langit yang luas, sementara di sekelilingnya, hamparan bukit hijau menjulang seolah memeluk danau dengan damai. Suasana ini menciptakan panorama yang begitu memikat, hingga rasanya sulit bagi kata-kata untuk menggambarkannya dengan tepat.
Di tengah ketenangan dan pesona alam tersebut, terdapat berbagai kegiatan menarik yang bisa dilakukan oleh para pengunjung. Salah satunya adalah merasakan pengalaman menyusuri danau menggunakan perahu tradisional. Warga sekitar masih mempertahankan cara-cara lama dengan menggunakan biduk atau perahu kayu kecil, serta rakit bambu untuk mencari ikan. Wisatawan pun bisa ikut mencoba naik perahu ini dan merasakan langsung nuansa kehidupan sehari-hari masyarakat yang menggantungkan hidup dari danau tersebut.
Bagi pecinta fotografi atau mereka yang gemar mengabadikan momen, danau ini merupakan lokasi yang sempurna. Dari matahari terbit hingga terbenam, setiap sudut Danau Depati Empat menyuguhkan pemandangan eksotis yang begitu fotogenik. Tak heran jika tempat ini kerap dijadikan latar untuk pemotretan prewedding bernuansa alam, atau sekadar mempercantik unggahan media sosial dengan gambar-gambar yang memanjakan mata.
Bagi mereka yang ingin menikmati suasana malam di alam terbuka, tepian danau juga cocok dijadikan lokasi berkemah. Malam di sini terasa magis dan menenangkan. Tanpa gangguan cahaya buatan, langit malam menampilkan taburan bintang yang begitu jelas, ditemani suara alam yang menyejukkan jiwa—sebuah pengalaman bermalam yang tak mudah dilupakan. Perlu diingat, tidak ada penyewaan perlengkapan di lokasi, jadi pengunjung disarankan membawa tenda sendiri.
Tak kalah menarik, kawasan danau ini juga menyimpan kekayaan ekosistem yang luar biasa. Sebagai bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), wilayah sekitar danau menjadi habitat berbagai jenis flora dan fauna langka. Dengan sedikit keberuntungan dan ketekunan, pengunjung bisa menyaksikan burung-burung eksotis beterbangan atau menemukan jejak-jejak satwa liar seperti rusa atau kijang yang hidup bebas di alamnya.
Fakta Menarik yang Jarang Diketahui
Di balik pesonanya yang memikat, Danau Depati Empat menyimpan berbagai keunikan yang mungkin belum diketahui banyak orang. Masyarakat sekitar kerap menyebutnya dengan nama lokal “Danau Gedang”, sebuah sebutan yang bermakna dalam. Penyematan nama “gedang” (besar) ini bukan tanpa alasan – danau ini memang secara signifikan lebih luas dibandingkan dua danau tetangganya, Danau Pauh dan Danau Kecik, yang berada dalam wilayah kecamatan yang sama. Perbandingan ukuran ini menjadikan Danau Depati Empat sebagai yang paling dominan di kawasan Jangkat.
Salah satu keajaiban alam yang paling mencolok adalah kondisi airnya yang luar biasa jernih. Pada hari-hari dengan cuaca cerah, Anda bisa menyaksikan pemandangan menakjubkan di bawah permukaan air. Kedalaman beberapa meter di bawah danau masih terlihat dengan jelas, memamerkan dasar danau yang dihiasi bebatuan alam dan vegetasi air. Fenomena ini terjadi karena sumber air danau berasal dari mata air pegunungan yang masih sangat alami, tanpa kontaminasi polutan.
Keunikan lain yang patut diperhatikan adalah ekosistem perairannya yang unik. Berbeda dengan banyak danau besar lainnya di Indonesia, Danau Depati Empat tidak dihuni oleh ikan-ikan predator berukuran besar. Fakta ini membuat aktivitas berenang relatif lebih aman dari ancaman hewan air berbahaya. Namun demikian, pengunjung tetap perlu waspada karena bagian tengah danau memiliki kedalaman yang mencapai puluhan meter. Arus bawah yang tidak terduga dan suhu air yang dingin di bagian dalam bisa menjadi tantangan tersendiri bagi perenang.
Kejernihan air danau yang luar biasa ini juga menjadi indikator kesehatan ekosistem perairannya. Para peneliti menemukan bahwa kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor alami, termasuk filtrasi alami melalui bebatuan vulkanik di dasar danau, serta minimnya aktivitas manusia yang mengganggu keseimbangan ekologi. Fakta-fakta menarik ini menjadikan Danau Depati Empat bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga laboratorium alam yang sempurna untuk mempelajari ekosistem perairan darat yang masih asli.
Keunikan lainnya yang sering luput dari perhatian adalah fenomena perubahan warna air danau yang terjadi pada waktu-waktu tertentu dalam setahun. Pada musim kemarau, air danau cenderung berwarna biru kehijauan, sementara di musim hujan bisa berubah menjadi lebih keruh akibat sedimentasi dari aliran sungai kecil yang bermuara ke danau. Perubahan warna ini justru menciptakan pemandangan yang berbeda setiap kali dikunjungi, seolah danau ini memiliki banyak wajah yang siap memukau pengunjungnya.
Penutup
Bila mencari petualangan sejati, jauh dari keramaian dan destinasi wisata yang sudah terlalu turis, jawabannya adalah ya. Danau Depati Empat menawarkan pengalaman langka: alam perawan, budaya lokal yang masih asli, dan tantangan fisik yang memuaskan.
Tapi jika kamu mengharapkan fasilitas nyaman seperti resor atau kafe instagramable, lebih baik pilih destinasi lain. Danau ini untuk para pencinta alam sejati yang rela berkeringat dan melelahkan badan demi melihat keindahan yang tak banyak orang bisa saksikan.
Jadi, siapkah kamu untuk trekking ke Danau Depati Empat?
Baca juga:
- Keindahan Alam Air Panas Grao Sakti Merangin, Jambi
- Menelusuri Jejak Prasejarah Goa Tiangko Merangin Jambi
- Menyelami Keindahan Goa Bujang Merangin Jambi
- Pesona Alam Wisata Danau Pauh Jangkat di Jambi
- Pesona Alam Wisata Danau Kerinci dan Cerita Legendanya
- Keunikan Danau Kaco Kerinci dan Cerita Legenda
Referensi
- Dinas Pariwisata Kabupaten Merangin. (2023). Profil Danau Depati Empat. Pemerintah Kabupaten Merangin.
- Balai Taman Nasional Kerinci Seblat. (2022). Kawasan Konservasi TNKS: Flora, Fauna, dan Ekowisata. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
- Pemerintah Desa Pulau Tengah. (2023). Data Geografis dan Sosial Budaya Desa Pulau Tengah. Arsip Desa.
- Siregar, A. (2020). Etnografi Masyarakat Serampas: Kearifan Lokal dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Jurnal Antropologi Indonesia, 44(2), 145-160.
- Tim Penelitian Universitas Jambi. (2019). Studi Biodiversitas di Kawasan Danau Depati Empat. Laporan Penelitian.
- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2022). Destinasi Wisata Alam Prioritas di Sumatera.